Ketika pertama
kali kamu mendengar kata ‘SEX’ pertama kali, kebanyakan orang yang muncul dalam
fikirannya adalah bayangan tentang kegiatan yang biasa dilakukan oleh sepasang
suami-istri. Namun apakah tahu teman-teman bahwa arti itu tidak mengarah
kesana? ‘SEX’ itu merupakan hal yang mengarah kepada pemahaman ‘jenis
kelamin’(gender), intinya adalah ‘pembedaan’. Dan pembedaannya mengarah lebih
ke arah kepribadian, prilaku, dan sosial, tentunya bukan mengarah kepada hal yang
fisik. Nah kata ‘Education’ sendiri
yang arti secara bahasa adalah pendidikan, jika digabungkan kedua kata tadi
memilki makna yang lebih mendalam, yaitu ‘Pendidikan
Mengenai Gender’ .
Menurut kuisioner
yang saya buat untuk 50 responden, dengan segmen remaja dan dewasa tingkat
Universitas dan SMA, data tersebut dari tiga Universitas, yaitu UPI, UNPAD, dan
ITB, serta siswa SMA yang semua data diambil secara random. Menunjukan angka yang cukup mengejutkan menurut saya. Dari
50 responden, 36 orang tidak tahu arti sex sebenarnya, dan hanya 14 orang yang
mengetahui. Dan dalam hal yang memegang peran penting akan hal tersebut, dari
yang terbesar 44% diri sendiri, 37% orang tua, 30% tenaga pendidik, dan 8%
pemerintah.
Ketidakpahaman
mereka mengenai ‘sex’ itu sendiri telah membawa bencana bagi negri ini tercatat
di Bandung sendiri sudah ada ratusan kasus mengenai pelecehan seksual yang
biasanya terjadi pada wanita, dengan segala modus yang baru. Di beberapa Negara
hal tersebut telah menjadi kasus bangsa, karena kebanyakan remaja disana
dikatakan tidak mau menikah bahkan sampai usia tua, hingga adanya krisis
generasi yang mengakibatkan kepunahan bangsa itu sendiri.
Di
pemaparan essay kali ini saya memiliki beberapa solusi mendasar, ide yang ingin
disampaikan untuk setidaknya mengurangi beban masyarakat di daerahnya karena
banyaknya remaja yang tidak paham akan gendernya sehingga banyak pula kasus
kejahatan yang lama-kelamaan di pandang biasa, tragis! Ide ini dihimpun dari
berbagai pengalaman hidup dan pencerahan dari negara kecil namun pendidikannya
nomor satu di dunia, ‘Finlandia’.
Jadi ide saya ini yang akan di paparkan menjadi beberapa point, untuk setiap
segmennya, yaitu :
1. Sebagai
orang tua tidak menganggap tabu lagi kata ‘sex’ untuk digunakan dan jangan
pernah menghindari pertanyaan tersebut.
2. Adanya
pendidikan tiap segmen baik secara institusi formal maupun non-formal, dengan
mengubung-hubungkan pelajaran tersebut dengan maknanya dalam kehidupan
sehari-hari. Adapun untuk tingkat SD, dibuatkannya sebuah media pembelajaran,
tingkat SMP, diberi metode diskusi, dan untuk tingkat SMA diberi tugas studi kasus ke lapangan.
3. Serta
adanya MENTORING, merupakan pemberian pemahaman, kajian, diskusi, evaluasi,
bahkan pencegahan dari hal-hal yang tidak diinginkan. Tentunya diarahkan lebih
kearah bagaimana agama Islam mengajarkan kita hidup berprilaku menjadi diri
sendiri di dalam masyarakat. Teknisnya ada seorang mentor (evaluator) dan ada
mentee (adik tutor). Untuk pertemuannya ditentukan oleh masing-masing kelompok.
Untuk mentornya biasanya untuk SD, kemungkinan besar orang tua lah yang lebih
berperan, namun untuk tingkat SMP dan SMA, anak-anak difasilitasi oleh DKM di
sekolahnya.
4. Diwajibkan
Masuk organisasi kerohanian, karena sadar atau tidak pembentuk karakter
sesungguhnya adalah pendidikan mengenai rohani itu sendiri. Kita sering
mendengar bahwa mereka kurang iman, dsb. Karena keimanan itu dicari bukan
diberi, maka sering-seringlah beribadah yang rajin dengan evaluasi
perminggunya.