Wawancara Evaluasi Pembelajaran Ilmu Komputer dengan Guru SMA N 17 Bandung
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia program studi Pendidikan Ilmu Komputer.
LUCKI HERSYA RACHMAN
1006866
Pendidikan Ilmu Komputer B 2010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas kehendakn-Nya lah laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.Tak lupa shalawat serta salam semoga tercurah limpah kepada Nabi rahmatan lil ‘alamin, Nabi Muhammad s.a.w kepada para sahabatnya, keluarganya, tabi’in-tabi’itnya, hingga pada kita selaku umatnya di yaumil akhir nanti.
Adapun penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah program studi pendidikan ilmu komputer.Selain untuk memenuhi tugas, tujuan penulis dalam laporan ini adalah untuk mengkaji suatu objek yaitu Sekolah Menengah Atas Negeri 17 Bandung secara umum.
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis mengalami banyak kesulitan terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan.Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar laporan ini menjadi lebih baik.Harapan penulis, mudah-mudahan laporan ini dapat memberika pengetahuan yang bermanfaat bagi para pembaca.
Bandung, 10 Maret 2012
(Penulis)
BAB I Wawancara dengan Guru SMAN 17 Bandung
Interviewer : Lucki Hersya RachmanInterviewee : Pa Eko
Hari/tanggal : Jum’at, 24 Februari 2012
Pukul : 10:00 – 11:30 WIB
Lokasi : Ruang tamu SMA N 17 Bandung
Tujuan :
1. Mengetahui bagaimana evaluasi pendidikan secara langsung di lapangan
2. Mengetahui kasus-kasus yang terjadi dalam evaluasi
3. Memenuhi tugas wawancara Evaluasi Pembelajaran Ilmu Komputer
Berikut di bawah ini merupakan beberapa penggalan wawancara penulis dengan salah seorang guru TIK di SMA N 17 Bandung pada hari jum’at 09 maret 2012 pukul 10:00. Percakapan memang dirasa kurang sempurna dikarenakan keadaan sekolah yang pada saat itu sedang persiapan untuk UAS kelas 3 di minggu depannya. Berikut percapakan penulis dengan seorang guru bernama Pa Eko yang mengajar di kelas 3.
Penulis : Pak,maaf mengganggu sebelumnya.. Saya ingin berdiskusi dengan bapak mengenai beberapa hal dalam pembelajaran TIK itu sendiri. Sebenarnya saya sendiri masih bingung, apa sih evaluasi itu sendiri dalam dunia praktik di sekolahnya?
Guru : Oh, ya tidak apa-apa.. Untuk hal itu, evaluasi sendiri merupakan salah satu kata yang tepat untuk menggantikan suatu cara bagi seorang pengajar dalam membuktikan adanya peningkatan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Dan evaluasi itu sangat berbeda maknanya dengan penilaian, pendekatan, dan pengukuran.
Penulis : Terus bagaimana pembuatan rencana pengevaluasian itu?apakah di awal mulai sekolah, atau kah di akhir-akhir ketika akan menuju ujian atau semacamnya?
Guru : Idealnya, pembuatan evaluasi itu direncanakan di awal sekolah. Sebelum dimulai sekolah itu, guru-guru biasanya mengikuti in house training (IHT) dimana disana ada beberapa agenda yang akan dikerjakan seperti penentuan jumlah hari efektif belajar, program tahunan, program semesteran, pembuatan silabus, dan tentunya disana dibuatkan juga contoh instrumen evaluasi yang akan dilaksanakan pada pembelajaran nantinya.
Penulis : Oh seperti itu ya pak, lumayan sulit juga menjadi seorang pengajar. Untuk Pembuatan evaluasi itu sendiri tercantum dalam apa yah pak?
Guru : Ya begitulah, untuk hal itu instrumen evaluasi ada di dalam RPP (Rencana Pelaksanan Pendidikan).
Penulis : Oh, diturunkan dari apa yah pak sehingga bisa menjadi instrumen soal seperti itu??
Guru : Oh, jadi begini untuk SK(Standar Kompetensi) itu diturunkan menjadi butiran-butiran KD(Kompetensi Dasar) yang dimana SK-KD itu sudah diberi dari Diknas sehingga seminimal mungkin SK-KD itulah yang harus tercapai. Dan KD sendiri diturunkan menjadi butiran indikator yang dicantum dalam RPP yang dibuat ketika IHT itu sendiri. Dan evaluasi itu mengacu pada indikator yang telah dibuat di bagian atas RPP, dan dibagian bawahnya ada cara penilaian dan disanalah dicantumkan soal-soal yang diturunkan dari indikator itu sendiri. Bagaimana paham??
Penulis : Oh jadi begitu yah pak?tadi saya mendengar sedikit perkataan bapak bahwa seminimal mungkin SK-KD itu yang dicapai?terus bagaimana jika ingin ada pelajaran tambahan?apakah itu dimasukan ke evaluasi juga??
Guru : Oh ya betul sekali, jika ingin mengadakan pembelajaran lagi dengan materi yang tak ada di SK-KD, itu disebut dengan “Pengayaan” dan tentunya itu dimasukan juga dalam penilaian nantinya.
Penulis : hmm,Oh iya apakah bapak tahu dengan kabar burung bahwa pembelajaran itu harus dengan pendidikan berkarakter?dan menurut pandangan bapak mengenai hal itu bagaimana??
Guru : Ya intinya sih bagaimana metode, dan cara yang baik dalam proses pembelajaran yang baik itu sendiri. Bisa ditanamkan dari hal-hal kecil, jika mereka terus bisa mencontek mereka menjadi calon ahli koruptor bangsa ini. Sudah saatnya para guru sadar bahwa pendidikan berkarakter itu dari dulu sudah ada, hanya tidak seheboh ini, kenapa?karena memang baru terlihat sekarang bagaimana parahnya, sebesar apa luka yang harus bangsa ini obati.
Penulis : sepakat pak,,he saya sendiri sebenarnya ingin tahu praktik jelasnya bagaimana evaluasi itu sendiri, oia menurut bapak aspek apa saja yang perlu ditekankan dalam penilaian??apakah itu saling mempengaruhi satu sama lain?
Guru : Umumnya ada 3 aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dan semuanya tak mempengaruhi satu sama lain, ketika memang kognitif besar sedangkan afektifnya kecil, maka laporannya pun begitu tidak menjadikan nilai kognitifnya rendah.
Penulis : Oia pak saya pernah mendengar kata “KKM”, itu apa ya pak?
Guru : Jadi KKM itu adalah kriteria Ketuntasan Minimal, Seperti batas lulusnya ketika melewati suatu materi pelajaran. Dan itu diperoleh dari 3 aspek pula, yang pertama adalah kompleksitas, Inteks siswa, dan Daya dukung. Sehingga ini menjadikan KKM antar sekolah itu beda.
Penulis : Oh jadi KKM itu berbeda setiap sekolahnya?bagus juga yah pak, sehingga jika ada sekolah yang memang kurang daya dukung fasilitas laboratoriumnya bisa menjadikan KKM nya pun kecil.
Guru : Benar sekali, KKM itu dibuat dari yang terbawah hierarkinya. Dimulai dari KKM per indikator, yang terus dirata-ratakan menjadi KKM per KD, terus menjadi KKM per SK. Beitulah urutannya.
Penulis : Oia pak, masalah nyata seperti dalam suatu kelas itu siswa kan beragam potensinya. Bagaimana cara pandang kita terhadap hal itu?
Guru : Pandai-pandai kitanya saja untuk memanfaatkan potensi mereka. Jika mereka lebih dari yang lain,yah diberi hal yang lebih sulit lagi, dan jika mereka kurang maka mereka diberi tugas-tugas yang membuat mereka berlatih lagi dan lagi.
Penulis : Untuk evaluasi sendiri, yang menurut bapak membuat kerepotan ketika apa yah pak?
Guru : Ketika dalam ujian praktik, mereka itu sering ribut mengobrol dan menggangu atau bahkan mencontek memanfaatkan waktu tersedia itu. Sehingga memang dibutuhkan suatu metode baru lagi dalam evaluasi praktik sendiri.
BAB II Pesan dan Kesan
Pesan
Melihat hal tersebut dilapangan, sungguh sangat luar biasa dan mulia lah jasa seorang guru yang mengurusi siswa-siswa nya dari mulai hal umum hingga terdetail demi mencapai konsekuensi pendidikan yang seharusnya didapat. Tentunya mulai dari sekarang jasa seorang guru/dosen itu janganlah dipandang sebelah mata. Dan Evaluasi itu yang dilakukan tentunya tidak memandang sisi subjektif, namun lebih objektif dan tidak membawa perasaan lebih dalam suatu penilaian pembelajaran.
Kesan
Menjadi suatu pengalaman luar biasa, dengan mengambil data fakta keadaan di lapangan yang terkadang sangat jauh berbeda dengan apa yang kita pelajari di bangku kuliah. Semoga dengan adanya hal tersebut menjadi perbandingan tersendiri untuk persiapan bagi penulis sendiri di masa yang akan datang.
BAB III Kesimpulan
Merupakan suatu hal yang tidak baru di dunia pendidikan tentang adanya suatu evaluasi sebagai indikator bahwa peserta didik telah mencapai batas lulus dalam mata pelajaran tersebut. Tentu hal ini menjadi suatu tantangan tersendiri bagi seorang guru atau pun calon guru untuk dapat mengatasi kesulitasn yang dihadapi ketika akan mengevaluasi suatu segmen materi di matapelajaran tersebut. Sehingga dibutuhkan inovasi-inovasi baru dalam proses evaluasi itu sendiri, dan ini tidak hanya di bebankan pada seorang guru/calon guru saja, akan tetapi ini merupakan beban bagi seorang yang telah terdidik.